Kelurahan Mojorejo, Kota Madiun, menjadi salah satu peserta yang dikunjungi Tim Verifikasi Lapangan dalam penilaian Kelurahan Berseri (Bersih dan Lestari) Kategori Madya. Kunjungan yang berlangsung pada Rabu (23/7) ini dilakukan oleh tim juri dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur, dengan meninjau langsung ke sejumlah RW di wilayah Mojorejo.
Salah satu daya tarik utama yang menjadi perhatian juri adalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang terorganisir dengan baik. Warga di Kelurahan Mojorejo secara aktif memisahkan sampah menjadi dua jenis, yaitu sampah kering dan sampah basah.
Sampah kering seperti daun, kain perca, kardus, botol, dan plastik dimanfaatkan sebagai bahan daur ulang. Melalui bank sampah yang tersebar di beberapa RW, sampah-sampah ini tidak hanya dikumpulkan, tetapi juga diolah menjadi kerajinan tangan dan aneka pernak-pernik bernilai guna.
Sementara itu, sampah basah yang terdiri dari limbah dapur seperti sisa makanan, kulit buah dan sayuran, serta ampas kopi dan teh, diolah menjadi cairan lindi melalui proses fermentasi selama tiga bulan. Cairan ini kemudian digunakan sebagai pupuk alami untuk menyuburkan tanaman.
Inovasi warga Mojorejo tak berhenti sampai di situ. Sejumlah warga bahkan memanfaatkan kulkas bekas untuk dijadikan alat penetas telur ayam. Upaya penghijauan dan ketahanan pangan juga digalakkan melalui budidaya hidroponik dan tabulampot (tanaman buah dalam pot). Hasil panen buah dimanfaatkan sebagai bahan makanan maupun minuman olahan.
Penerapan biopori di beberapa titik juga memberikan dampak positif terhadap penyerapan air ke dalam tanah, sekaligus mendukung proses pembuatan kompos secara alami.
Seluruh inisiatif ini menjadi bagian dari komitmen Kelurahan Mojorejo dalam mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan menuju target zero waste. Tim penilai DLH Provinsi Jawa Timur bahkan melihat potensi besar Mojorejo untuk dikembangkan sebagai kawasan edukasi lingkungan dan kampung wisata di masa depan.




